Khawatir Merugi

Petani di Kampar Panen Padi di Tengah Banjir 

Suami Eva (43), Edi (44) terpaksa panen padinya di tengah banjir yang melanda sawahnya di Desa Balam Jaya, Kacamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau, Sabtu (14/12/2019).(KOMPAS.COM/IDON).

KAMPAR- Eva (43) dan suaminya, Edi (54), petani asal Desa Balam Jaya, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau, terpaksa memanen padi lebih awal dari jadwal semestinya. Mereka takut semua padi gagal panen akibat banjir yang melanda. Kondisi banjir di pesawahan makin meluas, akibat luapan Sungai Kampar yang semakin tinggi. 

Banjir sudah memasuki hari keempat. Ratusan hektar padi petani yang berada di tepi jalan lintas Riau-Sumatera Barat sudah terendam banjir. Satu hektar di antaranya milik Eva dan Edi. Namun, hanya sebagian yang baru menguning. 

Edi tampak tengah memanen padi menggunakan sabit di tengah banjir. Ketinggian air mencapai dadanya atau sekitar satu meter lebih.  Padi yang disabit kemudian dimasukkan ke dalam baskom. Setelah itu padi dikeringkan dengan cara dijemur. 
"Sebagian udah berisi dan menguning, jadi terpaksa kami panen lebih awal buat makan. Kalau tidak dipanen padi akan rusak. Sedangkan selebihnya diperkirakan panen bulan Januari tahun depan. Sebentar lagi semuanya akan tenggelam banjir. Air naik terus," kata Eva, saat diwawancarai Kompas.com, Sabtu (14/12/2019).

Menurut Eva, padi yang dipanen saat ini belum masuk jadwal semestinya. Waktu yang pas memanen padi sekitar dua atau tiga minggu lagi. Tapi karena takut padi rusak atau fuso akibat terendam banjir, mau tak mau padinya harus di panen lebih awal.Dia mengatakan, padi yang baru menguning yang terpaksa dipanen sekitar setengah hektar. 

"Ini yang kami panen paling dapat sekitar lima karung. Tapi syukurlah masih ada rezeki kami," ucap Eva.

Padi yang terancam gagal panen akan menimbulkan kerugian yang cukup besar. Padahal, sebut Eva, padi merupakan salah satu sumber utama pendapatannya. Untuk modal dari awal tanam sampai perawatan, Eva menghabiskan sekitar Rp 7 juta. 

Bencana banjir yang berdampak ke sawah, akui Eva, terjadi hampir setiap tahun berakibat terhadap gagal panen karena daerah berada di dataran rendah. Dia menceritakan, di Desa Balam Jaya rata- rata warga memiliki sawah dengna luasan sekitar ratusan hektar. Akibat banjir tersebut tahun ini banyak warga yang gagal panen.

Di tempat lain, banjir juga berdampak kepada sawah petani di Desa Pulau Birandang dan Desa Koto Perambahan, Kacamatan Kampa. Di dua desa itu, diperkirakan mencapai ratusan hektar sawah petani terancam gagal panen. Selain sawah, banjir juga merendam kebun sawit dan karet hingga sayur, yang membuat petani tak bisa panen.

Sebagaimana diberitakan, luapan Sungai Kampar yang terjadi sejak empat hari terakhir, sudah merendam ratusan rumah warga di beberapa kecamatan. Saat ini, tercatat sebanyak lima wilayah yang terdampak banjir, yaitu Kacamatan Kampa, Siak Hulu, Kampar, Kampar Kiri, dan Kecamatan Tambang.

Di lokasi yang parah, sejumlah warga telah mengungsi ke tempat yang aman.  Penanganan bencana alam tahunan ini telah dilakukan pihak BPBD, kepolisian, TNI, dinas sosial dan instansi terkait lainnya.

Petugas telah menanggulangi dampak, seperti mendirikan beberapa posko pengungsian, dapur umum, menyalurkan bantuan, dan menyediakan alat transportasi untuk evakuasi warga.


[Ikuti Zonapekan.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar